SIPFest 2016, Festival Kekinian yang Nggak Boleh Terlewatkan

Travel Blog Reservasi – Hayo, selama ini pernah nggak datang ke festival seni yang ada Indonesia? Hmm, jika belum saatnya datang ke Salihara International Performing-arts Festival (SIPFest) 2016.
Tentang SIPFest 2016
SIPFest (Salihara International Performing arts Festival) adalah festival dua tahunan yang menghadirkan kelompok-kelompok seni penting dari Indonesia dan mancanegara dalam bidang-bidang musik, tari dan teater. SIPFest ini merupakan sebentuk rebranding Festival Salihara.
Salihara International Performing-arts Festival (SIPFest) 2016
Tanggal 1 Oktober – 6 November 2016
Komunitas Salihara, Jl. Salihara 16, Pasar Minggu Jakarta Selatan 12520
SIPFest 2016 akan menghadirkan 14 pengisi acara yang terdiri atas pentas tari, musik dan teater karya seniman Indonesia, Jerman, Norwegia, Kanada, Austria, Inggris, Amerika Serikat, Australia, Jepang dan Malaysia.
Seni Rupa di Ruang Terbuka Salihara
Tak hanya bisa menikmati berbagai seni pertunjukan selama sebulan penuh, di area ruang-ruang terbuka Komunitas Salihara juga menyajikan karya-karya seni rupa site-specific oleh empat perupa yang akan mengawali rangkaian acara SIPFest 2016.
Di ruang terbuka Salihara ada instalasi raksasa Gurita Salihara karya Nus Salomo di Anjung Salihara. Terdapat pula instalasi Sanctuary 2016 karya Made Gede Wiguna Valasara yang berupa sekelompok burung terbang.
Sementara Purjito menampilkan patung berjudul Gus Dur: Tuhan Tidak Perlu Dibela berupa sosok Abdurrahman Wahid, mantan Presiden RI dan pemikir Islam yang amat menghargai pluralisme.
Indyra menampilkan gambar mural trimatra berjudul Be A Daydreamer & A Night Thinker yang menyiratkan posisi Komunitas Salihara sebagai tempat merawat gagasan dan pemikiran.
Gurita Raksasa di Rooftop Bangunan Komunitas Salihara
Berdasarkan data yang dilansir dari semarak.news, Gurita Salihara karya Nus Salomo menjadi karya yang memiliki ukuran paling besar di antara karya yang lain. Karya menakjubkan ini dipasang di atas Anjungan Salihara.
Gurita ini merupakan penggambaran Nus Salomo akan Komunitas Salihara yang berperan besar dalam seni pertunjukan di Indonesia. Karya menakjubkan ini dibuat dari bambu Sukabumi.
Nus Salomo adalah seorang arsitek yang dikenal memiliki perhatian khusus terhadap pemanfaatan bambu untuk menjadi suatu karya instalasi yang menarik. Beliau selalu mengerjakan berbagai kebutuhan rupa misalnya character/action figure designer dan patung.
Burung Merah Putih yang Memenuhi Dinding Teater Salihara
Tak hanya karya gurita raksasa saja yang menarik di SIPFest 2016, tapi karya dari Made Gede Wiguna Valasara pun tidak kalah menakjubkan.
Karya dari Made Gede adalah sekelompok burung terbang berwarna merah dan putih yang memenuhi dinding Teater Salihara yang menghadap ke taman.
Lewat sekelompok burung yang terbang meninggalkan habitatnya tersebut, sang perupa ingin menegaskan pesan bahwa pembangunan seharusnya bisa dilakukan tanpa merusak alam.
(Baca juga: Liburan Anti-Mainstream di Festival dan Event Bulan Oktober 2016)
Tuhan Tidak Perlu Dibela
Berbeda dengan karya Nus Salomo dan Made Gede. Karya dari Purjito yang berjudul Gus Dur: Tuhan Tidak Perlu Dibela ini menampilkan patung sosok Abdurrahman Wahid, mantan Presiden RI. Gus Dur dikenal sebagai tokoh nasionalis yang begitu toleran dan amat sangat menghargai keberagaman dan kebebasan individu.
Pemikiran beliau relevan dengan visi Komunitas Salihara yang juga sangat menjunjung tinggi keberagaman dan kebebasan seorang manusia dalam berekspresi.
Patung yang tersusun dari serat kaca ini memiliki perbandingan 1:1 dengan ukuran asli manusia.
Be A Daydreamer and Night Thinker
Be A Daydreamer & A Night Thinker, merupakan mural karya Indyra yang mengisi ruang terbuka di depan Teater Salihara. Indyra menggunakan cat dasar anti-air dan cat akrilik untuk membuat muralnya.
Penempatan mural di siku dinding membuat mural ini terlihat menjadi lebih nyata dan menampilkan efek tiga dimensi.
Keempat karya ini akan mengisi ruang-ruang terbuka Salihara sepanjang SIPFest 2016 berlangsung, kamu dapat melihatnya secara langsung, foto dan posting di media sosial.
Seni Pertunjukan di SIPFest 2016
Tahun ini, SIPFest akan menghadirkan 14 penampil dari pentas tari, musik, dan teater karya seniman Indonesia, Jerman, Norwegia, Kanada, Austria, Inggris, Amerika Serikat, Australia, Jepang, dan Malaysia. Sebagian besar karya didapuk sebagai world premiere dan Asia premiere.
Berdasarkan data yang dilansir dari sarasvati.co.id berikut ulasan tentang seni pertunjukan di SIPFest 2016;
Para penampil dalam pentas musik dari Indonesia akan mewarnai SIPFest 2016 dalam gelaran musik perkusi.
Beberapa di antaranya yakni Total Perkusi yang siap membawakan komposisi marimba solo White Knuckle Stroll karya Casey Cangelosi, serta Perang Bubat dan Mega Senja, karya orisinal mereka.
Ada pula Al. Suwardi dalam Grup Planet Harmonik yang menampilkan Pisungsung dan Nunggak Semi di bawah tajuk Berkelana dalam Planet Harmonik.
Dalam Pisungsung, akan tampil nada-nada asing dari benturan instrumen logam, serangkaian bebunyian purba yang pastoral. Sedangkan Nunggak Semi dibuka dengan bunyi genta sebagaimana pengrawit Jawa melakukan ornamentasi musikal terhadap bonang pada gamelan Sekaten.
Iwan Gunawan dan Kyai Fatahillah menghadirkan interpretasi baru terhadap musik-musik mancanegara. Mereka akan memainkan secara baru karya-karya yang pernah mereka mainkan (Noname and Nothing, Kulu-kulu 2016, Gamelan Soundscapes, Minutes), di samping Twee Korte Stukken voor Piano, komposisi piano karya Theo Leovandie yang terinspirasi bunyi bel gereja, tapi digubah kembali dengan beberapa instrumen gamelan.
Dari pentas tari, akan hadir Mega Mendung karya koreografer Fitri Setyaningsih. Dalam karya ini, ia mengemas gagasan yang bermula dari dongeng masa kecilnya akan mega yang membawanya ke langit ke dalam sepaket pertunjukan tari tentang awan.
Sementara itu, Eko Supriyanto akan menutup SIPFest dengan Balabala, karya terbarunya yang menampilkan penari lima gadis muda asal Jailolo, Maluku Utara.
Lewat gerakan lambat dan berirama, mereka mendekonstruksi bentuk dan irama tarian Cakalele dan Soyasoya yang selama ini dimainkan laki-laki—menyingkapkan kekuatan perempuan.
Dari pentas teater, Kalanari Theatre Movement kembali berpentas di SIPFest 2016 dengan Yo-he-ho’s Site.
Dalam pertunjukan site-specific ini, Kalanari memberi tawaran tentang bahasa seperti apa yang keluar dari mulut manusia dahulu kala dengan memanfaatkan mitos-mitos tentang sejarah bahasa manusia melalui gerak dan suara, yang terhitung sebagai bahasa paling primitif di pertunjukan teater.
Pentas SIPFest akan dibuka dengan penampilan kelompok teater Jerman She She Pop dengan tajuk The Rite of Spring as Performed by She She Pop and Their Mothers.
Berkolaborasi langsung dengan para ibu mereka, She She Pop mengangkat isu problem etis penyangkalan diri antara laki-laki dan perempuan, antara para ibu dan anak mereka, serta identitas dan peran perempuan dalam keluarga dan masyarakat.
Sementara itu, Arica Theatre Company dari Jepang akan menghadirkan pentas nirkata yang berkisah tentang makna pencarian hidup oleh dua manusia dalam Butterfly Dream.
Bagi kamu yang ingin datang ke festival seni yang lengkap mulai dari seni rupa, musik, teater. Maka kamu bisa datang ke SIPFest2016.
Jadi, gimana? Yakin enggak mau datang ke SIPFest 2016?
Kemanapun tujuan liburanmu, cari tiket pesawat dan reservasi hotel hanya di Reservasi.com. Download aplikasi Reservasi di Andorid dan iPhone untuk mendapatkan diskon khusus dan harga ekslusif.