Merawat Asa Kebersamaan di Puncak Bukit Harapan Minahasa Tenggara

Travel Blog Reservasi – Sejarah panjang Indonesia dibangun oleh semua lapisan masyarakat tanpa melihat suku ras dan agama. Tak ada sekat dan tak ada ruang yang memisahkan kala itu karena satu tujuan. Nenek moyang kita pun berjuang dengan sebuah asa agar bangsa ini merdeka. Meski berpeluh darah hingga bertarung nyawa, hanya ada satu impian dalam diri mereka yaitu agar anak cucu mereka menghirup udara kemerdekaan.
Kini cita-cita para pejuang, orang tua kita tetap sama. Agar raykat Indonesia tetap bersatu, bersama membangun bangsa. Salah satu wujud semangat kebersamaan yang saya temui salah satunya berada di Kecamatan Ratatotok, Kabupaten Minahasa Tenggara, Sulawesi Utara. Saya melihat dan menyaksikan sendiri kebersamaan dan kerukunan umat beragama dijalin bersama.
Spot Favorit Travel Fotografer
Hati saya bergetar saat melihat sebuah salib besar yang tinggi menjulang berdampingan dengan menara masjid. Di ujung menara tersebut terdapat simbol bulan dan bintang, persis seperti menara-menara sebuah masjid. Salib besar yang kokoh berdiri di puncak bukit melambangkan simbol umat Nasrani, sedangkan menara bulan sabit melambangkan umat Islam.
Tak mudah untuk bisa mencapai puncak bukit harapan dimana Salib besar dan menara masjid itu berada. Saya harus melewati dan mendaki ratusan anak tangga dalam kondisi gelap sebelum fajar menyingsing. Beberapa kali nafas tua ini harus istirahat demi menghirup udara segar pantai Lakban pada pagi hari. Sunyi senyap melintasi beberapa pos pantau di bukit Harapan.
Bangunan di Puncak Bukit Harapan Damai
Saya hendak menyaksikan sendiri matahari terbit langsung dari puncak bukit harapan. Dimana semua warga tetap menggantungkan harapannya agar kedamaian selalu tercipta di bumi Minahasa Tenggara. Sulit dan tak mudah jika kaki dan persendian sudah semakin tua dan lama tak digunakan untuk jalan-jalan. Sambil terengah-engah saya kumpulkan kekuatan untuk mencapai puncak sebelum matahari terbit, meskipun semburatnya sudah nampak dari sela-sela semak belukar sepanjang jalan menanjak menuju puncak.
Gerbang menuju bukit Harapan ini memang sedikit tersembunyi dari jalan utama. Namun keberadaan salib besar di puncak bukit Harapan dengan ketinggian kira-kira 40 meter sangat jelas terlihat dari pantai Lakban maupun teluk Buyat. Keberadaan bukit harapan agak menjorok ke laut sehingga memisahkan antara Teluk Buyat dan Pantai Lakban.
Pesona Pantai Lakban Jelas Terlihat Dari Bukit Harapan
Dari puncak bukit Harapan inilah saya menyaksikan pesona keindahan alam Minahasa Tenggara. Menyaksikan semburat pagi yang menguning muncul dari balik puncak bukit Harapan. Dalam keheningan pagi, saya menyaksikan matahari terbit dengan damai. Desir ombak sayup sayup terdengar. Semilir angin pagi membuat suasana menjadi lebih syahdu. Ditambah lagi saat itu baru saya berdua yang mencapai puncak bukit Harapan, sementara teman-teman yang lainnya masih berjuang menaklukkan ratusan anak tangga yang sangat menggoda bagi para penggemar olahraga hiking.
Di sepertiga tangga menuju puncak bukit Harapan terdapat sebuah prasasti yang menyampaikan pesan amat dalam.
“Jadikanlah bukit ini sebagai pelita yang memancarkan inspirasi kedamaian yang menyatukan persaudaraan serta harapan yang menguatkan rasa syukur kepada Tuhan sehingga membuat kita merasakan tidak adanya perbedaan di antara sesama manusia sebagai wujud keindahan panorama yang memancarkan pesona ragam budaya dan agama“.
Prasasti tersebut ditandatangani oleh aparat pemerintah, masyarakat, aparat kepolisian dan perwakilan PT. Newmont Minahasa Raya yang ikut membangun keberadaan fasilitas di bukit harapan dan sekitar pantai Lakban, Ratatotok, Minahasa Tenggara, Sulawesi Utara.
Berburu Sunrise di Puncak Harapan
Isi dalam prasasti tersebut bukanlah sekedar slogan. Apa yang saya saksikan memang benar adanya. Meskipun berbeda agama, kehidupan di Kecamatan Ratatotok tetap damai. Semua nelayan melaut bersama secara gotong royong, menjual hasil lautnya hingga membagikan hasil tangkapannya secara adil. Semua terbuka dan saling tolong menolong layaknya saudara dan keluarga.
Tak cukup hanya takjub dengan keberadaan salib dan menara masjid di bukit Harapan. Saya dikejutkan dengan sebuah bangunan ibadah yang berbeda agama tapi di lokasi yang sama. Keduanya bertetangga.
Pesisir pantai Lakban yang indah menjadi sebuah senandung kebersamaan diantara dua bangunan dari agama yang berbeda. Sebuah masjid dan gereja dibangun di tanah yang sama dan berdampingan. Bergandengan setiap pagi dan setiap malam, menyambut mentari pagi dan menunggu tenggelamnya mentari setiap hari. Seperti seorang pasangan yang sedang menikmati timbul tenggelamnya mentari dari garis horizon laut Maluku.
Jejeran pohon kelapa menjadi palang pintu menuju pantai Lakban. Sepanjang jalan, saya disuguhkan dengan keindahan alam Minahasa Tenggara, Sulawesi Utara. Inilah sekeping surga dalam sebuah kedamaian diantara kehidupan beragama yang berbeda.
Jalan panjang dan mendaki hingga Puncak Bukit Harapan Damai
Akses menuju Bukit Harapan Minahasa Tenggara Sulawesi Utara
Akses menuju Bukit Harapan ini memang tidak mudah. Akan lebih baik jika menyewa kendaraan dari Manado. Dari bandara Sam Ratulangi Manado, bisa menggunakan kendaraaan umum menuju teminal. Kemudian dilanjutkan dari terminal menuju Kabupaten Ratahan, Minahasa Tenggara. Dari Ratahan bisa dilanjutkan dengan menggunakan bentor atau becak motor menuju bukit harapan pantai Lakban, Ratatotok, Minahasa Tenggara.
Jalan dari Manado menuju Ratahan akan melewati jalan berkelok dan berbukit. Siapkan saja obat anti mabuk dan jangan sampai perut kosong sebelum berangkat. Perjalanan dari Manado hingga bukit Harapan, Ratatotok diperkirakan memakan waktu antara tiga hingga empat jam perjalanan menempuh jalan sejauh 104 kilometer. Penyewaan mobil dari Manado hingga Ratatotok diperkirakan sekitar 500 ribu rupiah belum termasuk supir dan bensin.
Kemanapun tujuan liburanmu, cari tiket pesawat dan reservasi hotel hanya di Reservasi.com. Download aplikasi Reservasi di Andorid dan iPhone untuk mendapatkan diskon khusus dan harga ekslusif.